Jumat, 10 Februari 2012

Penggunaan IT di bidang Keperawatan

BAB I

    PENDAHULUAN


1.1     Latar  Belakang

            Perkembangan teknologi informasi sudah mulai menyentuh dunia keperawatan. Kebutuhan layanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang cepat, efisien dan efektif merupakan tuntutan masyarakat modern saat ini. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi popular sebagai salah satu model layanan kesehatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga medis yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Dengan adanya teknologi, sangat memungkinkan perawat memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik.

1.2     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana penggunaan IT di bidang keperawatan ?
2.      Bagaimana penggunaan IT di bidang medis ?
3.      Apa inovasi dari penggunaan IT pada bidang keperawatan ?
4.      Apa inovasi dari penggunaan IT pada bidang medis ?



1.3     Tujuan

1.      Mengetahui penggunaan IT di bidang keperawatan.
2.      Mengetahui penggunaan IT di bidang medis.
3.      Mengetahui inovasi dari penggunaan IT pada bidang keperawatan.
4.      Mengetahui inovasi dari penggunaan IT pada bidang medis.
















                                                                                   

BAB II

PEMBAHASAN

                 

2.1     Penggunaan IT Di Bidang Keperawatan

Salah satu dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia adalah teknologi PDA (personal digital assistance). PDA merupakan sebuah inovasi yang sangat memberikan manfaat lebih bagi dunia kesehatan, khususnya keperawatan. Fungsi PDA untuk i perawat yaitu akses cepat mengenai informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskan.
Menurut Wikipedia, PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet.
Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing).
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem informasi manajemen berbasis IT dalam praktek keperawatan di klinik.
                                                                       
Sebagai perawat yang mampu mengikuti perkembangan zaman, guna meningkatkan profesionalisme dan kemampuan maka pemanfaatan teknologi harus benar-benar digunakan untuk kegiatan yang dilakukan oleh perawat termasuk dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat maka penghargaan masyarakat pada profesi perawat pun meningkat.
Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan (Koeniger-Donohue, 2008). Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan "touch" over "tech" (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat (Mechling, et al., 2009). Sebagian besar perawat secara umum masih "gaptek" tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA

2.2     Penggunaan IT Di Bidang Medis

Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembengan
                                                                       
teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.
 Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik. Tahun 1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico Technological Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John Reid, seorang teknisi dari National Cancer Institute. Mereka melakukan investigasi terhadap sel-sel kanker dengan alat ultrasonik. Beberapa jenis alat yang dibuat untuk kepentingan investigasi tersebut antara lain B-mode ultrasound, transduser/alat pemindai jenis A-mode transvaginal, dan transrectal. Prinsip alat-alat tersebut mengacu pada sistem radar.
                                                                       
 Oleh sebab itu mereka kemudian menyebutnya sebagai Tissue Radar Machine (mesin radar untuk deteksi jaringan). Beberapa hasil penelitian lanjutan yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara lain ditemukannya metode penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi transduser/alat pemindai digital, transduser dua dimensi dan tiga dimensi modern penghasil tampilan gambar jaringan yang lebih fokus, dan penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal Anatomic Sex Assignment/FASA). Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan. Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz. Sedangkan dalam fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi. Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe. Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis kedokteran (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari
                                                                       
cairan. Sonograf ini menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan. Ultrasonografi medis digunakan dalam: • Kardiologi; lihat ekokardiografi • Endokrinologi • Gastroenterologi • Ginaekologi; lihat ultrasonografi gynekologik • Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetrik • Ophthalmologi; lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan • Urologi • Intravascular ultrasound • Contrast enhanced ultrasound

2.3     Inovasi Dari Penggunaan IT pada Bidang Keperawatan

Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa (Koeniger-Donohue, 2008). PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet (Mechling, Gast, & Seid, 2009). PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/touch screen (Chatterley & Chojecki, 2010).
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.

                                                                       
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA (Platt, 2009). Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis (Platt, 2009).
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer - menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui (Joan, et al., 2006). Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut.
                                                                       
Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan) (Brubaker, et al., 2009).
Pengambilan dan pengolahan data menggunakan PDA oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya, akan berdampak terhadap meningkatnya perawatan pasien dan meningkatkan efisiensi dengan mengurangi kesalahan medis, meningkatkan kualitas perawatan pasien dan keselamatan (Fisher & Koren, 2007). PDA juga dapat dihubungkan dengan informasi di Internet dan mampu menerima program-program penting untuk praktek keperawatan, yang dapat disinkronkan dengan komputer pribadi. Perawat pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam bidang ini dan perlu menyadari dan tanggap terhadap tren baru dan perubahan dalam lingkungan perawatan. Munculnya informatika keperawatan dalam praktek merupakan sebuah tantangan untuk pendidik perawat untuk menemukan cara-cara untuk mengintegrasikan teknologi di kurukilum keperawatan (Simpson, 2001).
Belajar bagaimana menggunakan PDA sebagai organizer pribadi dan menetapkan bahwa technology, sebagai alternatif untuk mencari beberapa literature ke situs klinis (Koeniger-Donohue, 2008). Penggunaan PDA telah digambarkan sebagai strategi baru yang berguna untuk mempromosikan keselamatan pasien melalui pendekatan berbasis informatika terhadap pendidikan keperawatan untuk penggunaan dokumentasi selama pertemuan klinis, untuk mengambil informasi yang terkait dengan keselamatan pasien di area perawatan, dan mengembangkan keterampilan prosedural.
Siswa keperawatan yang menggunakan pembelajaran dengan PDA bisa meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri untuk secara jelas mengkomunikasikan informasi kesehatan yang akurat kepada pasien mereka. Pasien akan mendapatkan pengetahuan dan peningkatan self-efficacy untuk berpartisipasi dalam pengambilan informasi perawatan kesehatan membuat dan karenanya memiliki kesempatan lebih baik untuk mengelola kesehatan mereka.
                                                                       
Hambatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tidak hanya dipengaruhi oleh kekurangan penyedia layanan kesehatan, kurangnya fasilitas, atau asuransi kesehatan tetapi juga oleh hambatan pribadi seperti perbedaan bahasa. Hasil pembelajaran dalam praktikum klinis dalam pendidikan keperawatan mengharapkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan keperawatan secara menyeluruh memliputi proses penyakit dan perawatan, farmakologi, dan ketrampilan klinis keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang kompeten dan aman.
Penggunaan PDA dalam setting pendidikan klinis dapat menyediakan informasi mengenai obat, penyakit, proses tanda & gejala, penyakit, pengobatan dan prosedur keperawatan keterampilan, dan kesehatan. Penilaian menyediakan Sebuah upaya persiapan klinis bagi siswa ini menunjukkan tiga manfaat dari PDA: ukuran perangkat memungkinkan siswa untuk merekam keperawatan keterampilan atau pengalaman belajar segera setelah waktu klinis, manajemen waktu dalam perspektif untuk evaluasi klinis adalah bahwa sedikit waktu yang dipercepat untuk menyelesaikan evaluasi dengan dokumentasi kinerja dan pertumbuhan dalam file PDA, dan mobilitas PDA sangat penting untuk pekerjaan yang harus diselesaikan dalam konferensi kamar atau tempat yang ditunjuk lainnya. Secara keseluruhan, proyek-proyek positif menunjukkan bahwa integrasi PDA menjadi kinerja klinis efektif.
Informatika kedokteran berhubungan dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi modern, yaitu komputer dan komunikasi. Posisinya di kedokteran berada di persilangan antara berbagai disiplin ilmu dasar dan terapan di kedokteran serta disiplin di luar kedokteran, seperti ilmu informasi, komputer, statistika, dan psikologi. Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medis elektronik, sistem pendukung keputusan medis, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk pengembangan sistem informasi klinis. Informatika kedokteran sebagai disiplin baru berkembang terutama karena kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based methods).
                                                                       
Menurut Shortliffe, subdomain dalam informatika kedokteran (atau kesehatan) adalah sebagai berikut:
  • Bioinformatika bekerja pada proses molekuler dan seluler. Riset dan aplikasi bioinformatika memfasilitasi upaya-upaya rekayasa genetik, penemuan vaksin, hingga ke riset besar tentang human genome project.
  • Medical imaging (informatika pencitraan) mengkaji aspek pengolahan data dan informasi digital pada level jaringan dan organ. Kemajuan pada sistem informasi radiologis, PACS (picture archiving communication systems), sistem pendeteksi biosignal adalah beberapa contoh terapannya.
  • Informatika klinis, yang menerapkan pada level individu (pasien), mengkaji mengenai berbagai inovasi teknologi informasi untuk mendukung pelayanan pasien, komunikasi dokter pasien, serta mempermudah dokter dalam mengumpulkan hingga mengolah data individu.
  • Informatika kesehatan masyarakat yang berfokus kepada populasi untuk mendukung pelayanan, pendidikan dan pembelajaran kesehatan masyarakat.
Para ahli informatika kedokteran memiliki organisasi yang menghimpun tokoh, peneliti, organisasi (baik akademik, pendidikan, penelitian maupun pelayanan) serta industri yang memiliki aktivitas dalam informatika kedokteran yaitu International Medical Informatics Association (IMIA). Organisasi ini memiliki beberapa workgroup maupun special interest group yang masing-masing memiliki bidang kajian informatika kedokteran yang berbeda-beda seperti aspek pendidikan, standar, informatika kedokteran untuk negara berkembang dan lain sebagainya.
Kesehatan merupakan pendekatan preventif dan promotif. Oleh karenanya dalam kajian ilmu terjadi pemisahan dari kedokteran. Pada Informatika Kesehatan terdapat hal yang prinsip yang sangat berbeda dengan Informatika Kedokteran. Pada Informatika Kesehatan beberapa penelusuran masalah akan berawal dari eviden base. Karena itu cakupan informatika kesehatan merupakan cakupan massal bukan individu. Indikator-indikator kesehatan tidak terbentuk secara individu tetapi merupakan komulatif dari massa/public. pada informatika kesehatan tidak dilakukan intervensi secara personal tetapi secara public. Pada informatika Kesehatan tidak berbasis kuratif dan rehabilitatif tetapi menekankan pendekatan promotif dan preventif. Teknologi pada Informatika Kesehatan digunakan untuk melakukan intervensi secara publik dengan cakupan yang luas. Tahun 1995 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melalui Departemen Biostatistik memulai mengkaji Informatika Kesehatan dengan membuka peminatan Informatika Kesehatan, hingga sekarang (2007) telah ada alumni yang berkiprah dalam berbagai bidang.
















                                                                                   

BAB III

PENUTUP


1.      Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat
2.      Pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
3.      Penggunaan PDA dalam setting pendidikan klinis dapat menyediakan informasi mengenai obat, penyakit, proses tanda & gejala, penyakit, pengobatan dan prosedur keperawatan keterampilan, dan kesehatan.
4.      Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medis elektronik, sistem pendukung keputusan medis, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk pengembangan sistem informasi klinis. Informatika kedokteran sebagai disiplin baru berkembang terutama karena kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based methods).

Seiring perjalanan waktu dan perkembangan teknologi yang begitu pesat akan mengharuskan kita sebagai seorang perawat yang nantinya dapat mengikuti perkembangan
                                                                       
tersebut,jadi sebagai mahasiswa keperawatan saat ini kita tidak hanya mempelajari ilmu keperawatan saja namun, lebih karena pada dasarnya keperawatan dan teknologi juga sangat berkaitan dan akan selalu mengalami perkembangan,sehingga penulis menyarankan agar pembaca bisa mencari literature-literatur yang lain dalam mempelajari Ilmu Teknologi dalam bidang keperawatan maupun bidang edis.

















DAFTAR PUSTAKA


7.      http://www.google.co.id/inovasi penggunaan IT dalam bidang keperawatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar